Rabu, 18 November 2015

Kopi Dulu


Menurut kalian kopi itu apa ? Minuman ? Cemilan ? Santapan ? Apa lah itu (hahaha). Mungkin tiap orang akan beda saat mengartikan apa itu “Kopi”, ya bahasa simple-nya ya sukamu lah mau disebut apa. Menurut gua kopi itu udah ibarat teman sejati, penghibur disaat sedih, pereda rasa setres, penenang dikala pusing dan membuat gua menjadi fokus, meski terkadang gara – gara kopi lambung gua sedikit unyu, mengeluarkan suara – suara ghaib, dan berkata “Turunkan harga BB*” (skip).
Kadang – kadang setelah meminum kopi, jantung gua terasa berdegup lebih kencang, seperti genderang mau perang (halah), kadang – kadang gua juga berfikir apakah gua ini jatuh cinta sama kopi (halah). Faktanya adalah bahwa kopi memang bias membuat jantung kita berdebar – debar, karena dalam kopi terkandung zat kafein yang merangsang syaraf otonom kita (kalau ga ngerti browsing aja). Dampak minum kopi yang gua rasakan selanjutnya adalah rasa resah dan gelisah, tapi ini serius. Dari beberapa eksperimen yang gua lakukan (sok lu) setiap gua minum kopi di malam hari entah mengapa perasaan itu sangat cemas, ujung – ujungnya adalah susah tidur. Pasti akan berasa kepada para penikmat kopi, apalagi pecinta kopi.
Meminum kopi juga mempunyai dampak baik, hal ini khusus bagi para pecinta kopi, yang mengerti estetika meminum kopi. Ternyata kopi dapat meningkatkan kemampuan konigtif, seperti yang gua kutip dari suatu artikel bahwa menurut hasil penelitian Johnson-Kozlow, mereka mengungkapkan tentang kopi dapat meningkatkan kemampuan konigtif (baru tau ya ?). Seperti yang udah gua bilang di awal, setiap gua minum kopi itu membuat gua menjadi lebih fokus dan bersemangat tentunya (ayey). Selain itu dampak baik meminum kopi lainnya adalah halusinasi (baik darimana coba).
Soal efek halusinasi pernah gua alami sendiri, ini agak sedikit curcol jadi pasang mata batin kalian untuk baca ini, jangan terlalu dihayati.

“Suatu hari gua merasakan yang namanya tidak tidur selama 3 malam, tidur pada siang hari hanya sekitar 2 jam, lalu terbangun untuk makan dan minum. Penyebabnya adalah kopi yang tak henti masuk ke lambung, setiap beres makan hanya minum sedikit air putih lalu lanjut minum kopi hitam. Siang menjelang sore gua pergi keluar untuk sekedar beli pulsa dan sedikit melepas penat karena 3 hari hanya stay di rumah dan nongkrong depan laptop. Pada saat gua jalan, gua rasa jalan gua laluin itu benar, dengan PD ya gua dating ke suatu warung (gua anggap konter pulsa) lalu dengan polosnya gua meminta pulpen serta kertas dan bilang mau isi pulsa. Terkejut lah gua saat sadar ternyata gua ada di warung sembako, dengan mata yang sedikit sayu lalu gua berjalan keluar sembari berkata ‘Maaf bu, kirain masih dagang pulsa’ (yang padahal ga pernah jual pulsa). Efek halusinasi yang berlebihan, gua rasa waktu itu adalah konter pulsa, ternyata warung sembako. (Skip)”
           
            Jangan pernah alami kejadian bodoh yang gua lakukan di atas, terlihat sekali bahwa gua seperti orang be** tak berdosa.
            Bagi penikmat kopi seperti gua sih, gua udah nganggap kopi itu seperti coklat yang mengandung zat tryptophan yang bisa mengurangi depresi serta meningkatkan hormon endorfin yang membuat kita bahagia. Ya gua anggap seperti itu lah, meski bukan dalam arti sebenarnya.
            So guys yuk mari ngopi dulu, biar sedikit fokus, tapi jangan digunakan untuk hal – hal yang tidak baik (IYKWIM). Sedikit tambahan buat kalian yang mau mencoba kopi yang sebenarnya. Kalian beli serbuk kopi tanpa gula, lalu kalian seduh di air mendidih sebanyak seperempat gelas, lalu rasakan aromanya dan minum, ingat TANPA GULA, itu baru namanya penikmat kopi yang sebenarnya.

            Sekian postingan tak bermanfaat, hanya ingin membagi pengetahuan saja. Buat kalian yang suka ngopi, gua tunggu kalian untuk ngajakin gua ngopi bareng. Masa cuma Raisa doang yang diajak ngopi, gua juga mau dong. OK, sekian dan selamat malam, subuh, pagi, apalah itu. Bye!
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Copyright © What Is That ? | Powered by Blogger

Thanks to Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Boy Fami Tarigan      Up ↑